Batman melawan Superman dalam film Batman v Superman: Dawn of Justice sumber: comicbookmovie.com |
Sang sutradara, Zack Snyder, membuat pendekatan menarik dan berbeda dalam film ini. Bila sebagian besar film superhero menampilkan sisi kekuatan dan kelebihan jagoannya, maka dalam film ini yang disorot ialah sisi kemanusiaan pahlawan super dan bagaimana manusia memandang sesuatu yang tak dipahaminya. Untuk menampilkan itu, Snyder menyajikan beberapa sudut pandang sepanjang film.
Pertama, sudut pandang dari Superman yang diperankan Henry Cavill. Dalam film ini, sang manusia baja dihadapkan persoalan banyaknya orang yang tidak menyukai kehadirannya di bumi. Sekelompok orang yang tak menyukai Superman itu menilai sang pahlawan bertindak tanpa terikat dengan dasar hukum yang berlaku. Selain itu, tindakan Superman dalam menyelamatkan bumi kerap memakan korban tak disengaja.
Melalui persoalan itu, Snyder menampilkan pergolakan jiwa Superman. Di satu sisi, Superman kecewa, sedih, dan marah atas penolakan itu. Karena, dia hanya ingin menolong orang lain dengan ikhlas. Di sisi lainnya, Superman tidak dapat meninggalkan orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.
Di balik kekuatan supernya, pergolakan Superman itu merupakan hal yang lumrah bagi seorang manusia. Walaupun Superman berasal dari luar bumi, yakni Planet Krypton, dia dibesarkan oleh dua orang tua manusianya, Jonathan Kent dan Martha Kent, di desa Smallvile. Oleh karena itu, Superman menganut tata nilai dan moral selaiknya manusia lainnya.
Snyder cukup berhasil menampilkan sisi kemanusiaan Superman dalam film ini. Dari berbagai adegannya, Snyder menjahitnya menjadi satu kisahan yang tak melulu menonjolkan kelebihan Superman. Sutradara berusia 50 tahun itu menunjukkan bahwa jauh di dalam dirinya, Superman hanyalah manusia biasa.
Selain itu, Snyder menunjukkan bahwa Superman, sebagai seorang alien, memiliki sebuah harapan sederhana, yakni dapat berguna untuk umat manusia dan hidup berdampingan dengan damai. Harapan itulah yang menjadi kekuatan utamanya sebagai seorang pahlawan super.
Dalam film ini, Snyder membuat Superman menjadi lemah. Sosok superhero yang selalu dicitrakan sebagai sosok kuat, baik fisik maupun mental, menjadi sosok penuh keraguan dan tak memiliki pijakan ideologis yang kuat. Padahal, bila melihat pada karakteristik komiknya, Superman merupakan tokoh kuat dalam segala hal, memiliki idealisme keadilan, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Untuk sudut pandang kedua, Snyder menggunakan sudut pandang Batman, diperankan Ben Affleck. Sudut pandang Batman ini mewakili cara pandang manusia menghadapi hal yang tak dipahaminya. Kehadiran Superman, bagi Batman adalah hal yang harus dipahami dengan seksama.
Batman memandang Superman sebagai sosok alien dengan kekuatan yang berpotensi menjadi ancaman manusia. Meski sebagian besar aksi manusia baja itu untuk menolong orang lain, namun Batman beranggapan harus ada tindakan pencegahan tatkala Superman kehilangan kepercayaan kepada manusia. Untuk itu, Batman menyusun rencana pencegahan dengan membuat peralatan yang terbuat dari batu Kryptonite, sumber kelemahan Superman, untuk melawan Superman.
Melalui sudut pandang Batman ini, Snyder ingin menunjukkan sumber kekuatan Batman ialah sikap skeptik dan rasa takut atas sesuatu hal. Dengan dua hal itu, Batman membuat berbagai rencana dan alat-alat yang digunakannya dalam bertindak.
Zack Snyder, sang sutradara Sumber: comingsoon.net |
Meski demikian, Snyder menjadikan Batman dalam film ini lebih kejam dari film-film Batman sebelumnya. Karakter kekejaman itu nampak kala Batman melawan musuh-musuhnya. Snyder membuat Batman menjadi pembunuh. Padahal, tokoh Batman dalam komik tidak sekalipun mencoba membunuh lawan-lawan utamanya ataupun anak buahnya.
Meski begitu, Snyder berhasil menampilkan sosok Batman dengan baik. Dia melakukan pilihan yang tepat tatkala menunjuk Ben Affleck memerankan The Darks Knight. Karena, Affleck berhasil memunculkan karakter ikonik Batman dengan baik, dalam segi pertarungan, cara berpikir, dan bertindak. Kualitas aktor itu dalam memerankan Batman setara dengan Christian Bale kala memerankan batman dalam Trilogi Batman Christopher Nolan.
Sudut pandang ketiga yang disajikan Snyder ialah sudut pandang Lex Luthor, diperankan Jesse Eisenberg. Melalui sudut pandang ini, sutradara pemenang penghargaan Clio Awards dan Gold Lion Award tersebut ingin menunjukkan sifat kecemburuan seorang manusia.
Pada film ini, Snyder menggambarkan sosok Luthor sebagai tokoh yang cerdas dan penuh siasat jahat. Luthor melakukan kejahatannya karena ada rasa iri terhadap Superman. Pasca kemunculan Superman, orang-orang selalu menganggapnya sebagai sosok juru selamat.
Padahal, menurut Luthor, Superman bukanlah bangsa manusia. Luthor berpendapat, seharusnya manusia tidak bergantung kepada mahluk asing. Untuk membuktikan pemikirannya, Luthor membuat siasat menjebak Superman dan membuatnya bertarung melawan Batman.
Sosok Luthor sebagai musuh bebuyutan Superman di film ini sedikit mengalami pergeseran karakter. Snyder menambahkan karakteristik kegilaan pada tokoh Luthor. Hal itu menyebabkan, tokoh Luthor dalam film ini tidak cocok sebagai musuh Superman, melainkan musuh Batman. Karena, Batman dikenal sebagai superhero yang memiliki musuh dengan berbagai masalah kejiwaan.
Lalu, sudut pandang keempat yang ditawarkan Snyder ialah sudut pandang Wonder Woman, diperankan Gal Gadot. Sudut pandang ini mewakili kekecewaan dan ketidakpercayaan pahlawan super kepada manusia. Dalam film Batman v Superman: Dawn of Justice, Snyder menggambarkan Wonder Woman sebagai pahlawan super yang mencoba tidak diketahui keberadaannya oleh orang lain. Keengganan itu dikarenakan Wonder Woman pernah dikecewakan oleh manusia yang ditolongnya.
Snyder membuat kekecewaan itu dari gerak laku tokoh Wonder Woman yang sebisa mungkin tidak ingin berurusan dengan Batman dan Superman. Meski demikian, pada akhirnya, sudut pandang itu berubah kala Bruce Wayne, sosok asli Batman, berhasil membujuknya. Di akhir film, Wonder Woman membantu Batman dan Superman untuk mengalahkan monster ciptaan Luthor bernama Doomsday.
Doomsday, monster yang harus dikalahkan Superman, Batman, dan Wonder Woman Sumber: moviepilot.com |
Dan, sudut pandang terakhir yang ditawarkan Snyder dalam film ini ialah sudut pandang Lois Lane, diperankan Amy Adams. Sudut pandang ini merepresentasikan kebenaran dan keadilan sesungguhnya dalam perspektif manusia biasa. Snyder menjadikan tokoh Lois Lane ini sebagai kacamata penonton untuk melihat kegundahan Superman menghadapi masalahnya. Selain itu, melalui Lois Lane, penonton dapat memahami cara Luthor menjebak Superman untuk kali pertama dan dialah yang memulai isu penolakan Superman.
Untuk tokoh Lois Lane, Snyder tidak memberikan banyak perubahan. Hanya saja, Snyder lebih menekankan pada keintiman hubungan Lois Lane dengan Superman. Terutama, Snyder secara gamblang menutup kemungkinan akan adanya hubungan asmara antara Superman dengan Wonder Woman, seperti dalam komiknya. Karena, dalam film ini, Snyder telah menunjukkan bahwa Lois Lane adalah sosok yang menguatkan Superman.
Melalui kelima sudut pandang ini, Snyder menyajikan alur penceritaan film Batman v Superman: Dawn of Justice. Dengan memahami fungsi peranan masing-masing tokoh itu maka alur penceritaan film ini dapat dimaknai dengan jelas.
Sayangnya, untuk melihat kelima sudut pandang ini, Snyder tidak memperhitungkan penonton awam yang tidak mengerti versi komiknya. Karena, kelima sudut pandang ini, Snyder sengaja meraciknya khusus untuk penikmat komik dan fans berat toko-tokoh superheroes dari DC Comic. Hal itu dapat dengan jelas tertangkap oleh pecinta komik DC melalui penanda-penanda yang ada sepanjang film.
Selain melalui berbagai sudut pandang untuk menjahit alur cerita, Snyder juga menggunakan cerita-cerita dari beberapa komik DC sebagai inspirasinya. Komik pertama yang kehadirannya begitu kuat dalam film ini ialah Batman: The Dark Knight Return karya Frank Miller.
Komik yang terbit pada tahun 1986 itu mengisahkan kembalinya memerangi kejahatan Batman pasca pensiun sebagai pahlawan. Pencitraan Batman dalam komik ini begitu gelap dan brutal. Dalam komik ini, Miller memasukan adegan pertarungan Batman tua melawan Superman.
Baju perang Batman yang terinspirasi dari komik Batman The Dark Knight Return sumber: iamag.co |
Pengaruh yang diberikan komik itu dalam film amat terlihat. Misalnya, pada desain kostum dan baju perang Batman kala melawan Superman. Selain itu, sisi kebrutalan dan keras kepala Batman yang disajikan Snyder dalam film mengambil karakteristik Batman dalam komik tersebut.
Komik kedua yang mempengaruhi alur cerita film Batman v Superman: Dawn of Justice ialah komik The Death of Superman. Komik yang terbit tahun 1992 ini ditulis oleh tim komikus DC yang dipimpin oleh Mike Carlin sebagai editornya. Komik ini menceritakan pertarungan Superman dengan musuh terkuatnya bernama Doomsday dan kemudian manusia baja itu mati setelah mengalahkan monster tersebut.
Snyder mengambil beberapa bagian dalam komik itu. Pertama ialah kehadiran Doomsday sebagai musuh yang harus dilawan Batman, Superman, dan Wonder Woman. Namun, perbedaannya, Doomsday dalam film ini merupakan monster yang diciptakan Luthor dari jasad Jendral Zod, musuh Superman dalam film besutan Snyder sebelumnya, yakni Man of Steel. Sedangkan, dalam komiknya, Doomsday adalah monster kuno dari planet Krypton yang dikloning di Bumi.
Meski sedikit berbeda, Snyder berhasil menghadirkan sosok Doomsday dengan segala kekuatannya melebihi Superman. Sehingga, penggambaran kematian Superman dalam komik nampak lebih dramatis dalam filmnya.
Komik ketiga yang dimasukkan Snyder dalam film ini ialah Injustice Gods Among Us. Berbeda dari kedua komik sebelumnya, komik yang terbit kisaran tahun 2013 itu hanya muncul pada satu bagian film. Komik itu muncul pada bagian mimpi buruk Bruce Wayne, sosok di balik topeng Batman, yang menampilkan dunia di bawah kekuasaan Superman.
Sebenarnya, kehadiran adegan yang mengambil dari komik tersebut tidak terlalu penting. Karena, bila adegan ini hilang tidak akan mempengaruhi alur jalan cerita film. Mungkin saja, Snyder menampilkan adegan ini untuk menguatkan emosi ketakutan Batman akan potensi kekuatan Superman.
Secara keseluruhan, sebenarnya film ini merupakan sekuel dari Man of Steel yang tayang di bioskop tahun 2013. Sayangnya, cara penyampaian alurnya justru mengesankan film ini menjadi film reboot pertama Batman pasca Trilogi Batman besutan Christopher Nolan. Hal itu disebabkan, unsur penceritaan Batman dalam film ini lebih dominan ketimbang Superman.
Selain unsur penceritaan, kehadiran tokoh Alfred Pennyworth, diperankan Jeremy Irons, dalam film ini sangat menghadirkan citraan itu. Apalagi, Alfred juga menjadi tokoh yang berperan sebagai suara hati Batman kala ingin mengambil keputusan di dalam film ini. Kadang, tokoh ini juga memberikan lelucon sarkasme yang menjadi bumbu humor gelap dalam film ini.
Hal yang amat disayangkan dalam film ini ialah porsi Wonder Woman amat kurang. Padahal, tokoh pahlawan perempuan itu sebenarnya bisa lebih dieksplorasi lagi fungsi keberadaannya dalam film. Meski demikian, kehadiran pertama Wonder Woman di layar perak ini merupakan kehadiran pertama di era modern.
Film Batman v Superman: Dawn of Justice merupakan film superheroes yang menarik. Film ini menawarkan perspektif baru dalam melihat sosok manusia super. Meski demikian, penggarapannya masih kurang sempurna. Bagi penonton awam, film ini akan sangat memusingkan untuk mengikuti alur ceritanya. Pasalnya, banyak adegan sempalan cerita yang mengganggu jalan ceritanya.
Superman, Wonder Wonder Woman, dan Batman, founders Justice League sumber: nerdreactor.com |
Bagi penikmat komik, film ini cukup mampu menjawab beberapa ekspektasi, terutama kehadiran cuplikan superhero lainnya yang akan dihadirkan dalam film besutan DC selanjutnya, Justice League: Part One yang akan dirilis tahun 2017. Superhero yang hadir dalam cuplikan dalam film ini ialah Aquaman (diperankan Jason Momoa), The Flash (diperankan Ezra Miller), dan Cyborg (diperankan Ray Fisher). Snyder berhasil menjadikan Batman v Superman: Dawn of Justice sebagai pembuka perspektif untuk film Justice League.
Mungkin, untuk menggarap film Justice League, Snyder harus mempertimbangkan penonton awam. Meski ikon superhero DC Comic sudah menjadi bagian dari budaya pop dunia, namun tidak seluruhnya paham bagaimana alur penceritaannya. Mungkin, Snyder harus sedikit berguru pada sutradara yang berhasil menggarap superhero, Marvel yang telah lebih dahulu merebut perhatian publik. Agar, tidak terjadi jeda pemahaman dalam menikmati film superheroes asal DC Comic.
* Tulisan ini saya ini ditayangkan di akarpadinews.com