Kamis, 31 Maret 2016

Batman v Superman: Dawn of Justice: Beda Karakter Pahlawan Super


Batman melawan Superman dalam film Batman v Superman: Dawn of Justice sumber: comicbookmovie.com
Siapa yang tak kenal Batman dan Superman. Dua superhero tersebut sudah menjadi bagian dari budaya pop dunia. Tahun ini, DC Entertaintment dan Warner Brothers menggebrak pasar perfilman internasional dengan melahirkan film terbaru dua ikon superhero tersebut berjudul Batman v Superman: Dawn of Justice.

Sang sutradara, Zack Snyder, membuat pendekatan menarik dan berbeda dalam film ini. Bila sebagian besar film superhero menampilkan sisi kekuatan dan kelebihan jagoannya, maka dalam film ini yang disorot ialah sisi kemanusiaan pahlawan super dan bagaimana manusia memandang sesuatu yang tak dipahaminya. Untuk menampilkan itu, Snyder menyajikan beberapa sudut pandang sepanjang film.

Pertama, sudut pandang dari Superman yang diperankan Henry Cavill. Dalam film ini, sang manusia baja dihadapkan persoalan banyaknya orang yang tidak menyukai kehadirannya di bumi. Sekelompok orang yang tak menyukai Superman itu menilai sang pahlawan bertindak tanpa terikat dengan dasar hukum yang berlaku. Selain itu, tindakan Superman dalam menyelamatkan bumi kerap memakan korban tak disengaja.

Melalui persoalan itu, Snyder menampilkan pergolakan jiwa Superman. Di satu sisi, Superman kecewa, sedih, dan marah atas penolakan itu. Karena, dia hanya ingin menolong orang lain dengan ikhlas. Di sisi lainnya, Superman tidak dapat meninggalkan orang-orang yang membutuhkan pertolongannya.

Di balik kekuatan supernya, pergolakan Superman itu merupakan hal yang lumrah bagi seorang manusia. Walaupun Superman berasal dari luar bumi, yakni Planet Krypton, dia dibesarkan oleh dua orang tua manusianya, Jonathan Kent dan Martha Kent, di desa Smallvile. Oleh karena itu, Superman menganut tata nilai dan moral selaiknya manusia lainnya.

Snyder cukup berhasil menampilkan sisi kemanusiaan Superman dalam film ini. Dari berbagai adegannya, Snyder menjahitnya menjadi satu kisahan yang tak melulu menonjolkan kelebihan Superman. Sutradara berusia 50 tahun itu menunjukkan bahwa jauh di dalam dirinya, Superman hanyalah manusia biasa.

Selain itu, Snyder menunjukkan bahwa Superman, sebagai seorang alien, memiliki sebuah harapan sederhana, yakni dapat berguna untuk umat manusia dan hidup berdampingan dengan damai. Harapan itulah yang menjadi kekuatan utamanya sebagai seorang pahlawan super.

Dalam film ini, Snyder membuat Superman menjadi lemah. Sosok superhero yang selalu dicitrakan sebagai sosok kuat, baik fisik maupun mental, menjadi sosok penuh keraguan dan tak memiliki pijakan ideologis yang kuat. Padahal, bila melihat pada karakteristik komiknya, Superman merupakan tokoh kuat dalam segala hal, memiliki idealisme keadilan, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Untuk sudut pandang kedua, Snyder menggunakan sudut pandang Batman, diperankan Ben Affleck. Sudut pandang Batman ini mewakili cara pandang manusia menghadapi hal yang tak dipahaminya. Kehadiran Superman, bagi Batman adalah hal yang harus dipahami dengan seksama.

Batman memandang Superman sebagai sosok alien dengan kekuatan yang berpotensi menjadi ancaman manusia. Meski sebagian besar aksi manusia baja itu untuk menolong orang lain, namun Batman beranggapan harus ada tindakan pencegahan tatkala Superman kehilangan kepercayaan kepada manusia. Untuk itu, Batman menyusun rencana pencegahan dengan membuat peralatan yang terbuat dari batu Kryptonite, sumber kelemahan Superman, untuk melawan Superman.

Melalui sudut pandang Batman ini, Snyder ingin menunjukkan sumber kekuatan Batman ialah sikap skeptik dan rasa takut atas sesuatu hal. Dengan dua hal itu, Batman membuat berbagai rencana dan alat-alat yang digunakannya dalam bertindak.

Zack Snyder, sang sutradara
Sumber: comingsoon.net

Meski demikian, Snyder menjadikan Batman dalam film ini lebih kejam dari film-film Batman sebelumnya. Karakter kekejaman itu nampak kala Batman melawan musuh-musuhnya. Snyder membuat Batman menjadi pembunuh. Padahal, tokoh Batman dalam komik tidak sekalipun mencoba membunuh lawan-lawan utamanya ataupun anak buahnya.

Meski begitu, Snyder berhasil menampilkan sosok Batman dengan baik. Dia melakukan pilihan yang tepat tatkala menunjuk Ben Affleck memerankan The Darks  Knight. Karena, Affleck berhasil memunculkan karakter ikonik Batman dengan baik, dalam segi pertarungan, cara berpikir, dan bertindak. Kualitas aktor itu dalam memerankan Batman setara dengan Christian Bale kala memerankan batman dalam Trilogi Batman Christopher Nolan.

Sudut pandang ketiga yang disajikan Snyder ialah sudut pandang Lex Luthor, diperankan Jesse Eisenberg. Melalui sudut pandang ini, sutradara pemenang penghargaan Clio Awards dan Gold Lion Award tersebut ingin menunjukkan sifat kecemburuan seorang manusia.

Pada film ini, Snyder menggambarkan sosok Luthor sebagai tokoh yang cerdas dan penuh siasat jahat. Luthor melakukan kejahatannya karena ada rasa iri terhadap Superman. Pasca kemunculan Superman, orang-orang selalu menganggapnya sebagai sosok juru selamat.

Padahal, menurut Luthor, Superman bukanlah bangsa manusia. Luthor berpendapat, seharusnya manusia tidak bergantung kepada mahluk asing. Untuk membuktikan pemikirannya, Luthor membuat siasat menjebak Superman dan membuatnya bertarung melawan Batman.

Sosok Luthor sebagai musuh bebuyutan Superman di film ini sedikit mengalami pergeseran karakter. Snyder menambahkan karakteristik kegilaan pada tokoh Luthor. Hal itu menyebabkan, tokoh Luthor dalam film ini tidak cocok sebagai musuh Superman, melainkan musuh Batman. Karena, Batman dikenal sebagai superhero yang memiliki musuh dengan berbagai masalah kejiwaan.

Lalu, sudut pandang keempat yang ditawarkan Snyder ialah sudut pandang Wonder Woman, diperankan Gal Gadot. Sudut pandang ini mewakili kekecewaan dan ketidakpercayaan pahlawan super kepada manusia. Dalam film Batman v Superman: Dawn of Justice, Snyder menggambarkan Wonder Woman sebagai pahlawan super yang mencoba tidak diketahui keberadaannya oleh orang lain. Keengganan itu dikarenakan Wonder Woman pernah dikecewakan oleh manusia yang ditolongnya.

Snyder membuat kekecewaan itu dari gerak laku tokoh Wonder Woman yang sebisa mungkin tidak ingin berurusan dengan Batman dan Superman. Meski demikian, pada akhirnya, sudut pandang itu berubah kala Bruce Wayne, sosok asli Batman, berhasil membujuknya. Di akhir film, Wonder Woman membantu Batman dan Superman untuk mengalahkan monster ciptaan Luthor bernama Doomsday.

Doomsday, monster yang harus dikalahkan Superman, Batman, dan Wonder Woman
Sumber: moviepilot.com
Sama halnya dengan tokoh lainnya, Snyder mengubah sedikit karakteristik penokohan Wonder Woman. Bila dalam komiknya, Wonder Woman digambarkan sebagai perempuan independen, berani bersikap, dan mengedepankan membela orang-orang lemah. Maka, dalam film ini Snyder membuat Wonder Woman sedikit nakal dan lebih memikirkan dirinya sendiri. Meski, di akhir film, Snyder mengubah konsep itu kembali kepada karateristik Wonder Woman sesuai dengan komiknya.

Dan, sudut pandang terakhir yang ditawarkan Snyder dalam film ini ialah sudut pandang Lois Lane, diperankan Amy Adams. Sudut pandang ini merepresentasikan kebenaran dan keadilan sesungguhnya dalam perspektif manusia biasa. Snyder menjadikan tokoh Lois Lane ini sebagai kacamata penonton untuk melihat kegundahan Superman menghadapi masalahnya. Selain itu, melalui Lois Lane, penonton dapat memahami cara Luthor menjebak Superman untuk kali pertama dan dialah yang memulai isu penolakan Superman.

Untuk tokoh Lois Lane, Snyder tidak memberikan banyak perubahan. Hanya saja, Snyder lebih menekankan pada keintiman hubungan Lois Lane dengan Superman. Terutama, Snyder secara gamblang menutup kemungkinan akan adanya hubungan asmara antara Superman dengan Wonder Woman, seperti dalam komiknya. Karena, dalam film ini, Snyder telah menunjukkan bahwa Lois Lane adalah sosok yang menguatkan Superman.

Melalui kelima sudut pandang ini, Snyder menyajikan alur penceritaan film Batman v Superman: Dawn of Justice. Dengan memahami fungsi peranan masing-masing tokoh itu maka alur penceritaan film ini dapat dimaknai dengan jelas.

Sayangnya, untuk melihat kelima sudut pandang ini, Snyder tidak memperhitungkan penonton awam yang tidak mengerti versi komiknya. Karena, kelima sudut pandang ini, Snyder sengaja meraciknya khusus untuk penikmat komik dan fans berat toko-tokoh superheroes dari DC Comic. Hal itu dapat dengan jelas tertangkap oleh pecinta komik DC melalui penanda-penanda yang ada sepanjang film.

Selain melalui berbagai sudut pandang untuk menjahit alur cerita, Snyder juga menggunakan cerita-cerita dari beberapa komik DC sebagai inspirasinya. Komik pertama yang kehadirannya begitu kuat dalam film ini ialah Batman: The Dark Knight Return karya Frank Miller.

Komik yang terbit pada tahun 1986 itu mengisahkan kembalinya memerangi kejahatan Batman pasca pensiun sebagai pahlawan. Pencitraan Batman dalam komik ini begitu gelap dan brutal. Dalam komik ini, Miller memasukan adegan pertarungan Batman tua melawan Superman.

Baju perang Batman yang terinspirasi dari komik Batman The Dark Knight Return
sumber: iamag.co


Pengaruh yang diberikan komik itu dalam film amat terlihat. Misalnya, pada desain kostum dan baju perang Batman kala melawan Superman. Selain itu, sisi kebrutalan dan keras kepala Batman yang disajikan Snyder dalam film mengambil karakteristik Batman dalam komik tersebut.

Komik kedua yang mempengaruhi alur cerita film Batman v Superman: Dawn of Justice ialah komik The Death of Superman. Komik yang terbit tahun 1992 ini ditulis oleh tim komikus DC yang dipimpin oleh Mike Carlin sebagai editornya. Komik ini menceritakan pertarungan Superman dengan musuh terkuatnya bernama Doomsday dan kemudian manusia baja itu mati setelah mengalahkan monster tersebut.

Snyder mengambil beberapa bagian dalam komik itu. Pertama ialah kehadiran Doomsday sebagai musuh yang harus dilawan Batman, Superman, dan Wonder Woman. Namun, perbedaannya, Doomsday dalam film ini merupakan monster yang diciptakan Luthor dari jasad Jendral Zod, musuh Superman dalam film besutan Snyder sebelumnya, yakni Man of Steel. Sedangkan, dalam komiknya, Doomsday adalah monster kuno dari planet Krypton yang dikloning di Bumi.

Meski sedikit berbeda, Snyder berhasil menghadirkan sosok Doomsday dengan segala kekuatannya melebihi Superman. Sehingga, penggambaran kematian Superman dalam komik nampak lebih dramatis dalam filmnya.

Komik ketiga yang dimasukkan Snyder dalam film ini ialah Injustice Gods Among Us. Berbeda dari kedua komik sebelumnya, komik yang terbit kisaran tahun 2013 itu hanya muncul pada satu bagian film. Komik itu muncul pada bagian mimpi buruk Bruce Wayne, sosok di balik topeng Batman, yang menampilkan dunia di bawah kekuasaan Superman.

Sebenarnya, kehadiran adegan yang mengambil dari komik tersebut tidak terlalu penting. Karena, bila adegan ini hilang tidak akan mempengaruhi alur jalan cerita film. Mungkin saja, Snyder menampilkan adegan ini untuk menguatkan emosi ketakutan Batman akan potensi kekuatan Superman.

Secara keseluruhan, sebenarnya film ini merupakan sekuel dari Man of Steel yang tayang di bioskop tahun 2013. Sayangnya, cara penyampaian alurnya justru mengesankan film ini menjadi film reboot pertama Batman pasca Trilogi Batman besutan Christopher Nolan. Hal itu disebabkan, unsur penceritaan Batman dalam film ini lebih dominan ketimbang Superman.

Selain unsur penceritaan, kehadiran tokoh Alfred Pennyworth, diperankan Jeremy Irons, dalam film ini sangat menghadirkan citraan itu. Apalagi, Alfred juga menjadi tokoh yang berperan sebagai suara hati Batman kala ingin mengambil keputusan di dalam film ini. Kadang, tokoh ini juga memberikan lelucon sarkasme yang menjadi bumbu humor gelap dalam film ini.

Hal yang amat disayangkan dalam film ini ialah porsi Wonder Woman amat kurang. Padahal, tokoh pahlawan perempuan itu sebenarnya bisa lebih dieksplorasi lagi fungsi keberadaannya dalam film. Meski demikian, kehadiran pertama Wonder Woman di layar perak ini merupakan kehadiran pertama di era modern.

Film Batman v Superman: Dawn of Justice merupakan film superheroes yang menarik. Film ini menawarkan perspektif baru dalam melihat sosok manusia super. Meski demikian, penggarapannya masih kurang sempurna. Bagi penonton awam, film ini akan sangat memusingkan untuk mengikuti alur ceritanya. Pasalnya, banyak adegan sempalan cerita yang mengganggu jalan ceritanya.

Superman, Wonder Wonder Woman, dan Batman, founders Justice League
sumber: nerdreactor.com

Bagi penikmat komik, film ini cukup mampu menjawab beberapa ekspektasi, terutama kehadiran cuplikan superhero lainnya yang akan dihadirkan dalam film besutan DC selanjutnya, Justice League: Part One yang akan dirilis tahun 2017. Superhero yang hadir dalam cuplikan dalam film ini ialah Aquaman (diperankan Jason Momoa), The Flash (diperankan Ezra Miller), dan Cyborg (diperankan Ray Fisher). Snyder berhasil menjadikan Batman v Superman: Dawn of Justice sebagai pembuka perspektif untuk film Justice League.

Mungkin, untuk menggarap film Justice League, Snyder harus mempertimbangkan penonton awam. Meski ikon superhero DC Comic sudah menjadi bagian dari budaya pop dunia, namun tidak seluruhnya paham bagaimana alur penceritaannya. Mungkin, Snyder harus sedikit berguru pada sutradara yang berhasil menggarap superhero, Marvel yang telah lebih dahulu merebut perhatian publik. Agar, tidak terjadi jeda pemahaman dalam menikmati film superheroes asal DC Comic.

* Tulisan ini saya ini ditayangkan di akarpadinews.com

Senin, 13 Januari 2014

Penyihir Juga Manusia Biasa

Bila bicara sihir dan film maka orang-orang akan menyebutkan seri film Harry Potter. Tapi, tidak dalam pos kali ini. Saya akan membicarakan sebuah film yang diproduksi oleh Walt Disney pada tahun 2010, yakni The Sorcerer;s Apprentice. Alasan utamanya ialah film tersebut meskipun tidak sepopuler franchise Harry Potter namun film tersebut memiliki daya tarik khas disney dalam merepresentasikan tentang penyihir.

The Sorcerer's Apprentice dibintangi oleh Jay Baruchel sebagai David Stutler yang menjadi tokoh utamanya, Nicolas Cage sebagai Balthazar Blaze, Alfred Molina sebagai Maxim Hovarth, Teresa Palmer sebagai Becky, Monica Bellucci sebagai Veronica, dan Alice Kridge sebagai Morgana. Garis besar ceritanya mengisahkan pencarian Balthazar atas penyihir yang mewarisi kekuatan dari Merlin, gurunya, yang disebut Prime Merlinian. Pencarian Balthazar tersebut bertujuan untuk mengalahkan Morgana yang terperangkap di dalam Grimhold, sebuah benda penyegel. Di dalam Grimhold, Morgana dikurung bersama dengan tubuh Veronica, seorang murid Merlin sama seperti Balthazar. Meskipun dikurung, Morgana dapat bangkit lagi dan untuk mengalahkannya sepenuhnya dibutuhkan seorang Prime Merlinian yang memiliki kekuatan sihir di atas rata-rata penyihir biasa.

Pencarian Balthazar atas Prime Merlinian berakhir kala ia menemukan Dave kecil. Hal itu ditandai dengan respon yang diberikan Dragon Ring milik Merlin kala Dave memegangnya. Namun, sebelum Balthazar mampu untuk melatih Dave, mereka berdua diserang oleh Hovart--salah satu murid Merlin yang membelot dan menjadi pengikut Morgana--dan sebagai upaya menghentikannya, Balthazar mengurung Hovart beserta dirinya sendiri di dalam sebuah guci. Hingga sepuluh tahun kemudian, Balthazar dan Hovart berhasil keluar dari guci tersebut dan sama-sama mencari Grimhold yang mengurung Morgana.

Balthazar dan Hovart tidak langsung mencari Grimhold, mereka berdua mencari bocah yang sepuluh tahun lalu terakhir memegang Grimhold, yakni Dave. Hovart berhasil menemukan Dave terlebih dahulu dan menanyakan tentang Grimhold disertai ancaman. Dave berhasil melarikan diri dan kemudian ditolong oleh sihir Balthazar. Kemudian keduanya mencari Grimhold dan Balthazar pun mengajari Dave untuk menyihir dengan menggunakan Dragon Ring yang diberikannya dahulu. Sihir pertama yang diajarkan ialah membuat dan menembakkan api. Di sini keunikan dari film The Sorcerer's Apprentice, yakni dalam melakukan sihir.

Cara menggunakan sihir dalam film tersebut tidak dengan sekedar mantra dan tongkat sihir. Sihir yang digunakan menggunakan ilmu fisika. Misalnya, saat Balthazar mengajarkan Dave untuk memunculkan api, ia menjelaskan bahwa tiap benda, baik hidup dan mati, memiliki rotasi parikel yang bergerak teratur. Bila pergerakan itu dipercepat dan menimbulkan gesekan maka akan menimbulkan api. Penyihir dalam film The Sorcerer's Apprentice dapat disamakan dengan fisikawan. Selain itu, dunia "sihir" tidak digambarkan sebagai sebuah dunia yang penuh keajaiban, melainkan sebuah dunia yang sama seperti dunia manusia biasa. Dunianya hanya satu, tidak seperti dunia di dalam Harry Potter yang terbedakan antara dunia penyihir dengan dunia manusia biasa atau Muggle.  Selain itu, tidak dimunculkannya binatang-binatang mitos seperti dalam seri Harry Potter dan juga tidak memunculkan benda-benda magis lainnya. Dalam film ini hanya memunculkan beberapa benda magis, seperti Merlin Ring, Grimhold, karpet penghisap (lupa namanya) dan buku ajar yang digunakan Balthazar untuk mengajar Dave.

Grimhold
Di antara beberapa benda magis yang muncul di film ini, saya akan sedikit membahas mengenai Grimhold. Kalau melihat dari asal katanya, asumsi saya Grimhold terdiri dari dua kata dasar, yakni "grim" dan "hold".Kata Grim memiliki banyak arti, di antaranya yakni mengerikan, jahat, kaku, dan lain sebagainya. Namun, dalam film tersebut, menurut saya itu lebih mengacu kepada arti mengerikan. Selain itu, kata grim juga mengacu kepada dewa kematian, yakni grim reaper (sosok hitam berjubah yang membawa sabit pencabut nyawa). Lalu, kata hold memiliki arti memegang, menahan, menyimpan dan lain sebagainya. Jadi, Grimhold dapat diartikan benda untuk menahan atau mengurung roh jahat. Bila dilihat dari bentuknya, Grimhold menyerupai mathryoska 'boneka kayu' dari Rusia.

The Sorcerer's Apprentice dapat dikatakan sebagai film drama komedi keluarga. Hal itu dikarenakan film ini memiliki jalan cerita yang ringan dan dbingkai dalam komedi untuk keluarga. Sayangnya, film ini memiliki alur yang sangat cepat sehingga ceritanya terkesan terburu-buru dan tidak menonjolkan sisi "kepenyihiran"-nya. Ceritanya sebenarnya bagus, hanya saja menjadi tak tersampaikan karena alur yang terlalu cepat. Selain itu, tokoh utamanya, Dave, terkesan hanya menjadi tokoh sampingan dari Balthazar. Hal itu juga salah satu efek dari alur cerita yang terlalu cepat.


Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya akan mengatakan satu hal unik yang saya temukan dalam film tersebut, yakni referen terhadap film Fantasia yang dibuat oleh Disney. Film yang menceritatakan tentang Micky Mouse yang menjadi murid dari Merlin. Referen itu bisa ditemukan di dalam film dan setelah credit title di akhir film. Saya akan berikan salah satu referen terhadap film Fantasia tersebut. Gambar terdapat dalam sequen ketika Dave mencoba membersihkan "markas" rahasianya dengan menggunakan sihir saat Becky hendak main ke "markas"-nya tersebut. Ia menghidupkan sapu, pel, spons untuk membersihkan ruangan.

Namun yang terjadi ialah kekacauan di mana-mana dan banjir. Peristiwa yang sama juga terdapat dalam film Fantasia, saat Micky mencoba topi Merlin dan menyihir sapu serta pel untuk membersihkan ruangan. Gambar di sebelah kiri menunjukkan sapu yang bergerak sendiri setelah disihir oleh Micky untuk membersihkan ruangan. Kejadian selanjutnya pun sama, bukan menjadi bersih dan rapi melainkan kekacauan. Hal itu menjadi satu referen bahwa dalam film The Sorcerer's Apprentice memasukkan referen tersebut agar penonton yang pernah menonton Fantasia sedikit bernostalgia. Selain itu, kedua film tersebut memang diproduksi oleh Disney.

Komentar terakhir saya mengenai film ini ialah perlunya sequel untuk lebih memperdalam tema cerita dari film tersebut. Masih banyak hal yang tidak terjelaskan dan tidak dijelaskan dalam film tersebut, seperti apakah prime merlinian hanya ada satu di dunia atau tugas lainnya dari prime merlinian selain mengalahkan para morganian. Hal yang paling membuat saya kecewa ialah penampakan dari penyihir jahat yang terkurung dalam Grimhold tidak terjelaskan, baik secara latar belakang si penyihir maupun kekuatan yang ia miliki. Hanya Hovart dan penyihir jahat dari cina saja yang terlihat menggunakan kekuatannya.

Rabu, 01 Januari 2014

Sherlock Holmes: Dari Deduction Sense Hingga Brother With A Bond

Misteri lekat hubungannya dengan rasa penasaran untuk mengungkapkannya. Khususnya misteri yang meliputi suatu kejahatan pastinya perlu diungkapkan agar dapat menangkap dan menghukum penjahatnya. Misteri kejahatan biasanya diungkap oleh sekelompok orang dalam kepolisian dan terkadang di luar negeri dapat diungkap oleh seorang detektif swasta. Untuk posting kali ini saya akan membahas film yang mengangkat tokoh fiksi terkenal di Inggris yakni Sherlock Holmes.

Film Sherlock Holmes yang saya bahas ialah film keluaran tahun 2009 yang disutradarai oleh Guy Ritchie. Tokoh-tokoh dalam film tersebut diperankan oleh Robert Downey Jr. sebagai Sherlock Holmes, Jude Law sebagai Dr. John Watson, Rachel McAdams sebagai Irene Adler, Mark Strong sebagai Lord Blackwood (tokoh antagonis), Eddie Marsan sebagai Inspector Lestrade, Geraldine James sebagai Mrs. Hudson, dan Kelly Reilly sebagai Mary Morstan. Tokoh-tokoh yang saya sebutkan tersebut merupakan tokoh-tokoh penting dalam dunia fiksi Sherlock Holmes.

Sebelum membahas filmn Sherlock Holmes tahun 2009, saya akan sedikit membahas mengenai asal-muasal tokoh fiksi Sherlock Holmes. Tokoh Sherlock Holmes merupakan tokoh fiksi ciptaan seorang pengarang yang bernama Sir Arthur Conan Doyle. Karakter Sherlock Holmes dikemas oleh Conan Doyle sebagai seorang detektif tenang dan memiliki daya logika serta analisa melebihi manusia normal. Ia seorang yang teliti, cermat dan skeptis atas segala sesuatu, baik lingkungan terdekatnya maupun pada kasus yang sedang dijalaninya. Detektif yang hobinya memainkan biola dan menghisap pipa tersebut hadir dalam dunia fiksi Inggris pada tahun 1887 dalam novel yang berjudul A Study in Scarlet.

Dalam menjalankan aksinya, Sherlock Holmes selalu ditemani partner setianya, yakni Dr. John Watson. Tokoh Watson digambarkan sebagai seorang dokter yang pernah bekerja pada angkatan bersenjata Inggris. Watson memiliki karakter yang sedikit bertolak belakang dengan Holmes. Ia sedikit tempramen, berpikir sederhana, dan memiliki tujuan hidup sebagaimana laki-laki umum, yakni menikah dan hidup dengan keluarganya. Pertemuan dengan Holmes pertama kali saat Watson pulang dari perang dan menempati sebuah apartemen no. 221B di Baker Street, apartemen milik Mrs. Hudson. 

Ketika menyelesaikan suatu kasus, Watsonlah yang sering dimintai oleh Holmes untuk mengumpulkan data ke penjuru kota. Hal itu dikarenakan, Holmes merupakan individu yang tertutup (disebabkan sifat skeptisnya) sedangkan Watson memang lebih "diterima" dalam kehidupan sosial di lingkungan mereka. Melalui keahlian Watson dalam menghimpun data menjadi tumpuan Holmes bergerak dalam menyelesaikan kasus-kasus yang diterimanya dari Scotland Yard atau kepolisian Inggris. Inspektur Lestrade lah yang biasanya meminta bantuan Holmes dan Watson dalam menyelesaikan kasus-kasus pelik yang sedang ditangani kepolisian. Namun, seringkali, Holmeslah yang memasuki suatu kasus yang dianggapnya menarik dari pemberitaan di koran harian langganannya.

Sherlock Holmes dan Dr. John Watson seringkali beragumen, karena tempramennya Watson, atas suatu hal. Mereka sering bertengkar tapi cepat berbaikan, seperti layaknya dua bersaudara. Hubungan mereka sering dikatakan sebagai brother with a bond, not by blood. Menariknya, rasa perhatian keduanya ditampakkan secara eksplisit. Keduanya saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Kembali ke film Sherlock Holmes tahun 2009. Film tersebut mengisahkan tentang upaya Sherlock Holmes dan Dr. John Watson dalam menyelesaikan kasus misteri yang berkaitan tentang suatu sekte di Inggris, Temple of Four Order (sorry kalo kurang tepat, soalnya bahasa filmnya menggunakan bahasa Inggris aksen British). Dalam film ini, antagonis utamanya ialah Lord Blackwood, salah seorang anggota sekte tersebut yang membelot. Lord Blackwood mencoba menantang Holmes untuk menghadapi dirinya. Blackwood mengaku memiliki ilmu hitam dan akan menguasai Inggris dengan ilmu hitamnya, namun Holmes tidak percaya akan ilmu hitam dan mencoba memecahkannya menggunakan alur logika serta barang bukti.

Dari berbagai peristiwa pembunuhan yang aneh dan tidak masuk akal, Holmes berhasil mengungkap bahwa semua pembunuhan yang dilakukan Blackwood menggunakan trik dan teknologi yang pada masa itu belumlah lumrah alias penemuan baru. Mulai dari hidupnya kembali Blackwood setelah dihukum gantung hingga rencana pembunuhan massal anggota senat Inggris yang menggunakan alat genosida. Semua berhasil dipecahkan Holmes dengan bantuan Watson.

Dalam film ini ada beberapa hal yang menarik bagi saya. Pertama ialah teknik sinematografis deduction sense. Teknik tersebut merupakan teknik sinematografis yang menampilkan arah deduksi pemikiran dalam menebak arah gerak serangan dari musuh. Teknik ini memadukan antara slow motion, semi flashback, dan narasi yang menjelaskan alur pergerakan deduksi holmes. Bagi saya, ini merupakan cara unik untuk menggambarkan bagaimana Holmes berpikir dan bagaimana ia melihat segala pergerakan yang ada di depannya. Selain itu, deduction sense juga digunakan saat Holmes menjelaskan hasil analisisnya terhadap sesuatu hal, baik mekanisme trik yang digunakan Blackwood maupun kronologis pembunuhan.

Kedua, hubungan brother with a bond antara Holmes dengan Watson. Meski mereka berdua pribadi yang berbeda, namun sejatinya keduanya saling melengkapi. Keduanya saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing dan mengetahui kebiasaan baik maupun buruk masing-masing. Holmes akan dengan malu-malu untuk mengakui salah pada Watson ketika ia melakukan hal yang salah dan begitu pula Watson. Keduanya menjadi satu paket dalam memberantas kejahatan.

Ketiga, cara bertarung Holmes yang tidak berusaha melukai namun berupaya melumpuhkan musuhnya. Jarang ia memukul dengan kepalan tangan, biasanya lebih pada tamparan atau menggunakan anggota badan yang tidak lazim untuk memukul. Misalnya, punggung tangan, punggung lengan, siku tangan, dan lain sebagainya. Berbeda dengan Watson yang bertarung dengan brutal. Meskipun berbeda, keduanya merupakan petarung yang tangguh.

Keempat, kisah asmara Holmes dengan Irene Adler, seorang pencuri perempuan yang sangat ahli. Hal yang membuat Holmes tertarik padanya ialah metode yang dilakukan oleh Adler cukup berkelas dan ia selalu lolos dari polisi. Meskipun cantik, Adler memiliki teknik beladiri yang baik. Ia selalu menyelipkan pisau kecil di balik lengan bajunya. Adler satu-satunya pencuri yang dapat memanipulasi Holmes. Dalam film ini Adler mendatangi Holmes karena ia mau meminta pertolongan Holmes untuk mencari seseorang untuk kliennya. Namun, Adler tidak menyebutkan alasannya apa dan siapa kliennya. Sisi misterius Adler itu juga salah satu daya tariknya. Akhirnya Holmes membuntuti Adler dan melihat sekilas dari pakaian yang dikenakan sosok miserius di dalam kereta yang dinaiki Adler. Berdasarkan dari gaya berpakaiannya dan pin di bajunya, Holmes berasumsi kliennya seorang Professor. Di akhir film, Adler memberitahukan siapa nama kliennya, yakni Professor James Moriarty.

Kelima, Sherlock Holmes dalam film ini memiliki ciri fisik yang berbeda dengan Sherlock Holmes yang sudah dikenal oleh masyarakat dunia. Penggambaran Sherlock Holmes yang diketahui selama ini menggunakan topi yang memiliki dua ujung, menggunakan pipa untuk merokok, berjubah (biasanya digambarkan berjubah kotak garis coklat) dan sering menggunakan kaca pembesar. Dalam film ini, Sherlock Holmes terlihat lebih dekil, urakan, berpakaian nyentrik, dan selalu membawa peralatannya dalam sebuah kantong di balik bajunya. Sama sekali berbeda dengan versi yang selama ini diketahui orang. Namun, pola deduksi dan analoginya masih dipertahankan.

Demikian review tentang film Sherlock Holmes tahun 2009. Semoga pos ini berguna, meskipun filmnya sudah cukup lama beredar dan sudah ada dalam bentuk videonya. Usahakan untuk membeli vcd, dvd, ataupun bluray yang asli kawan. Salam film coooyyy......

Minggu, 29 Desember 2013

Man Of Steel Is Drama Of Steel

Superman merupakan salah satu superhero yang sangat terkenal di Amerika bahkan dunia. Banyak ekspektasi ketika seseorang atau suatu kelompok mencoba untuk menghadirkan Superman dalam sebuah film. Ekspektasi untuk menampilkan sosok ideal Superman dari benak para fans, mulai dari cara berbicara hingga aksi pertarungannya. Hal itu disebabkan tokoh Superman, a. k. a Clark Kent, sudah menjadi bagian dari sejarah perkembangan budaya Amerika. Sederhananya, karakterisasi dari Superman sudah "mendarahdaging" di dalam benak fans. Dalam tulisan review film pertama dalam blog ini, saya akan membahas film tentang Superman, yakni Man of Steel (2013).

Sebelum membahas filmnya, ada baiknya kita tahu asal usul Superman dan kapan tokoh itu lahir. Superman diciptakan oleh Jerry Siegel dan Joe Shuster. Debut pertama karakter Superman ialah pada tahun 1938 dalam komik Action Comic#1 (kemudian hari karakter Superman menjadi hak lisensi dari DC Comic). Superman memiliki identitas asli bernama Clark Kent, pemuda dari kota Smallville, Texas. Nama Clark Kent terinspirasi dari penggabungan dua nama artis pada masa itu, yakni Clark Gable dan Kent Taylor. Superman dikisahkan sebagai spesies terakhir dari bangsanya, yakni Kriptonian yang berasal dari Krypton. Pada saat Superman baru lahir, yang diberinama Kal-El atau Kal L, planetnya sedang diambang kiamat. Kedua orang tua Kal-El, yakni Jor El dan Lara Lor-Van, mengirimnya pergi dari planet Krypton yang sekarat dan akhirnya sampai di bumi. Sesampainya di bumi, Kal-El ditemukan oleh sepasang suami istri petani di Smallville, yakni Jonathan Kent dan Martha Kent, kemudian Kal-EL diberi nama Clark Kent.

Pertama kali Clark Kent memakai persona Superman pada saat ia bekerja di kota Metropolis sebagai seorang wartawan di harian Daily Planet. Clark yang sudah mengetahui kebenarannya bahawa ia seorang Kryptonian, menggunakan kekuatannya untuk menolong orang lain. Lois Lane, seorang wartawati di harian Daily Planet, lah yang memberikan persona nama Superman melalui artikelnya saat ia sedang menginfestigasi sosok penolong dan pahlawan baru di Metropolis.


Dalam melakukan aksinya sebagai Superman, Clark selalu berganti kostum. Ia melepas kacamata dan pakaiannya dengan kostum berwarna dominan biru dan merah dengan logo "S" di dadanya. Dengan demikian, ia melindungi identitasnya sebagai Clark Kent. Hal itu dilakukannya agar melindungi orang-orang terdekatnya agar tidak terusik atau menjadi incaran musuh-musuh yang sudah dikalahkannya.

Sekilas tentang sejarahnya Superman udahan. Sekarang yang mau dibahas itu film Man of Steel yang disutradarai oleh Zack Snyder. Film Man of Steel diproduksi pada tahun 2013 dan ceritanya ditulis oleh David S. Goyer dan Christopher Nolan. Film tersebut dibintangi oleh Hendry Cavill sebagai Clark Kent/Kal-El, Amy Adams sebagai Lois Lane, Russel Crow sebagai Jor-El, Diane Lane sebagai Martha Kent, Kevin Costner sebagai Jonathan Kent dan Michael Shannon sebagai Jendral Zod (tokoh antagonis).

Secara garis besarnya, film Man of Steel mengisahkan awal dari munculnya Superman dan alasan kenapa Kal-El dikirim ke bumi oleh kedua orang tuanya, kudeta yang dilakukan oleh Jendral Zod pada pemerintahan Krypton dan kehancuran pelanet Krypton. Film itu juga mengisahkan hubungan Clark Kent dengan keluarga buminya, Jonathan Kent dan Martha Kent, dan dinamika kehidupannya saat ia kecil, remaja, hingga dewasa dan mengetahui jati dirinya. Lalu, Jendral Zod menyerang bumi dan kemudian Clark Kent melawannya untuk membela bumi. Ya, dapat dikatakan alur ceritanya sangat "Superman" sekali, meskipun kostumnya baru, tanpa kolor merahnya. Selain tiadanya kolor merahnya, perbedaan lainnya ialah alur penceritaan pertemuan Superman alias Clark Kent dengan Lois Lane. Tapi itu sah-sah saja sebagai bentuk kreatifitas dari penulis naskah dan sutradaranya.

Hal yang menarik bagi saya dari film itu ialah pengemasan filmnya. Biasanya, kalau film superhero menonjolkan sisi aksi, Man of Steel lebih menonjolkan dramanya. Film itu mengemas pergolakan batin dari Clark Kent sebagai seorang Kryptonian di bumi dengan segala polemik yang ia hadapi. Ia harus menutupi kelebihannya semasa kecil dan selalu menjadi objek bullying di sekolah karena tingkah lakunya yang berbeda. Lalu, pencarian jati diri Clark Kent hingga menemukan pesawat antariksa karam milik orang-orang Krypton di dalam es dan mempelajari segala hal yang berhubungan dengan dirinya, mulai dari Krypton, orang tuanya, hingga Jendral Zod.

Sebagai film drama  superhero, Man of Steel, menurut saya, cukup berhasil menampilkan sosok Superman dari sisi lainnya, yakni sisinya sebagai seorang individu. Saat menonton Man of Steel, saya jadi teringat lagunya Five For Fighting yang berjudul Superman. Lagu itu mengisahkan tentang suasana batin Superman yang ingin dipandang sama sebagai seorang manusia biasa (meskipun ia seorang Kryptonian). Biar mudahnya, nih kutipan liriknya:

I can't stand to fly
I'm not that naive
I'm just out to find
The better part of me
I'm more than a bird
I'm more than a plane
More than some pretty face beside a train
It's not easy to be me
Wish that I could cry
Fall upon my knees
Find a way to lie
About a home I'll never see
It may sound absurd but don't be naive
Even Heroes have the right to bleed
I may be disturbed but won't you concede
Even Heroes have the right to dream
It's not easy to be me
Up, up and away, away from me
It's all right
You can all sleep sound tonight
I'm not crazy, or anything
I can't stand to fly
I'm not that naive
Men weren't meant to ride
With clouds between their knees
I'm only a man in a silly red sheet
Digging for kryptonite on this one way street
Only a man in a funny red sheet
Looking for special things inside of me
It's not easy to be me.

Lirik-lirik itu menunjukkan sisi perasaan dari seorang Superman (menurut saya). Bisa saya katakan bahwa Man of Steel tidak menonjolkan sisi "kepahlawanansuper" dari Superman tapi sisi batinnya sebagai seorang manusia (baca: Kryptonian). Meski memiliki kekuatan super, Superman atau Clark Kent dalam film tersebut diposisikan sebagai seorang individu yang memiliki proses hidup layaknya manusia di bumi.

Penonjolan sisi manusia dari Superman dalam film Man of Steel dapat dikatakan berhasil di mata fans. Hal itu ditunjukkan dengan rencana Christopher Nolan untuk membuat sekuelnya pada tahun 2015 dengan sutradara yang sama, Zack Snyder. Munculnya rencana sekuel tersebut yang membedakan film Man of Steel dengan film Superman Return (2006) yang tidak dilanjutkan sekuelnya karena banyak protes dari beragam fans setia Superman. Sekuel dari Man of Steel cukup layak untuk dinanti karena akan menghadirkan tokoh Batman dan Wonder Women di dalamnya.